WHAT'S NEW?
Loading...
Mitos Naga Penjaga Sumber Air Paling akhir Pulau Jawa
Mitos Naga Penjaga Sumber Air Paling akhir - Buat warga kekinian kesadaran untuk lakukan suatu hal yang di inspirasi dari legenda, serta ke arah pada mitos, sering dicemooh. Umumnya hal tersebut dipandang tidak logis serta ilmiah.
Tetapi tidak begitu perihal dengan warga Desa Tanjung Beringin, Kecamatan Air Nipis, Kabupaten Bengkulu Selatan, Bengkulu. Mitos mereka lakukan dalam jaga dan membuat perlindungan sumber mata air paling akhir di daerah itu.
Danau itu diketahui dengan nama Danau Kuranding, satu tempat penampung air yang tercipta dengan alamiah atau umum disebutkan wilayah tangkapan air. Danau itu terdapat bersebelahan dengan Rimba Lindung Bukit Riki serta rimba produksi. Tetapi tempat itu masih juga dalam lokasi Desa Tanjung Beringin.
Danau Kuranding sebuah sumber serta benteng mata air paling akhir punya masyarakat Bengkulu Selatan. Danau ini mempunyai multi faedah buat beberapa ribu jiwa masyarakat, minimal 3.000 hektar sawah serta beberapa ratus kolam ikan gantungkan supply air dari danau itu.
Cerita Misteri Naga di Pulau Jawa Maklum, lokasi ini adalah penghasil beras kualitas paling baik di Bengkulu. “Kami demikian takut serta cemas bila danau itu rusak serta tidak mengaliri air buat sawah, kolam ikan serta keperluan masyarakat, sebab air danau pada sebuah hektare sawah dapat memperoleh 4,6 ton beras per enam bulan, ini sumber air paling akhir yang dipunyai, ya, seperti tabungan airlah,” kata Datuk Budin, Minggu (15/6/2014).
Kecemasan Datuk Budin diamini Kepala Desa Tanjung Beringin, Tusmin serta beberapa masyarakat lain yang dengan kebetulan turut mengantarkan Kompas.com ke arah Danau Kuranding. Pada dasarnya, masyarakat memandang Danau Kuranding adalah sumber penghidupan mereka.
Danau Kuranding mempunyai luas keseluruhan seputar 18 hektare terhitung dengan rimba di sekitarnya. Sesaat, bila luas danau yang cuma tergenangi air seputar 10 hektare. Danau ini tidak hanya dikeliling pohon-pohon banyak juga diketemukan tumbuhan rawa. Benar-benar, tempat yang baik untuk ikan bersarang serta bertelur.
Tidak gampang untuk dekati danau itu ditambah lagi buat pendatang. Masyarakat ditempat langsung menginvestigasi kebutuhan apa yang melandasi kunjungan ke tempat itu.
Bowo Tamtulistio salah seorang praktisi lingkungan hidup Bengkulu menceritakan satu waktu dia mengadakan penanaman pohon di seputar danau. Tetapi sebab ada banyak masyarakat yang tidak tahu acara itu, ia juga langsung diinterogasi.
“Beruntung sesudah diterangkan arah acara masyarakat malah memberi dukungan,” kata Bowo.
Lantas sebetulnya hal apa hingga membuat masyarakat ditempat demikian protektif pada lokasi air itu?
Legenda Danau Kuranding
Datuk Budin menyampaikan ada legenda yang menempel di hati masyarakat tentang Danau Kuranding. Pada tahun 1.013 tersebutlah satu cerita yang dikatakan dari mulut ke mulut. Hingga, tidak semua masyarakat mengerti cerita itu secara detail.
Di kampung itu, cuma Datuk Budin yang kenal narasi itu dengan fasih lantas dia tuturkan dengan temurun pada generasi selanjutnya. Danau Kuranding datang dari nama seorang pria, dia datang dari Kampung Anak Dusun Tinggi, satu dusun tua tidak jauh dari Desa Tanjung Beringin.
Kuranding itu akan menikah dengan seorang wanita yang dia sayangi namanya Keraduk. Keraduk jadi calon mempelai wanita minta mas kawin dari Kuranding berbentuk satu kulak mata ikan atau sama dengan tiga kg mata ikan.
Satu keinginan yang cukup berat memang. Tetapi dengan semua usaha pada akhirnya Kuranding dapat kumpulkan beberapa mata ikan sesuai dengan keinginan Keraduk. “Itu pekerjaan berat dari mempelai wanita serta dikerjakan oleh Kuranding,” kata Datuk Budin yang akui bersahabat baik dengan Almarhum Mbah Marijan, juru kunci Gunung Merapi itu.
SIa meneruskan sesudah berkeliling-keliling, pada akhirnya didapatilah satu kolam memiliki ukuran 10x10 mtr. persegi yang penuh dengan ikan. Dari kolam itu, Kuranding dapat kumpulkan tiga kg mata ikan sesuai dengan keinginan Keraduk.
Cerita Misteri Naga di Pulau Jawa Terakhir kolam itu terus jadi membesar serta jadi danau sampai sekarang tempat Kuranding temukan ikan yang banyak itu dinamakan Danau Kuranding. Setelah itu, selesai menikah pasangan ini yang lalu (hilang dengan gaib).
Menurut narasi , Kuranding hilang beralih bentuk jadi naga yang menempati fundamen danau, sedang Keraduk jadi elang yang hidup di atas pohon seputar danau. “Hilangnya pasangan ini sama seperti silamnya kerajaan Kediri atau Majapahit, tidak diketahui dimana urutan hilangnya,” lanjut Datuk Budin yang pada 17 Agustus 2014 kelak berumur pas 70 tahun.
Masalah ular naga ini, Irni (53) salah seorang pelacak ikan di danau itu sering menjumpai ular itu. “Kalau cari ikan di danau serta tangkapan kita banyak melewati keperluan karena itu ular itu akan ada sebesar pohon kelapa, cuma badannya saja yang dipertunjukkan, bila dia ada itu tanda-tanda kita disuruh untuk selekasnya hentikan cari ikan sebab dipandang cukup sudah jangan terlalu berlebih,” kata Irni.
Tidak cuma Irni, banyak masyarakat yang sering lihat ular yang menurut kepercayaan masyarakat ialah naga itu. "Kepercayaan masyarakat itu ialah jelmaan dari Kuranding tetapi ular itu tidak pernah menunjukkan kepalanya, dia cuma melata menunjukkan badan lantas terbenam ," kata masyarakat lain.
Walau dipercaya ada ular memiliki ukuran besar di danau itu, tetapi masyarakat ditempat tidak takut untuk cari ikan memakai rakit beberapa hari sebab selama riwayat tidak pernah ular itu menggangu masyarakat.
Ada satu pesan pasangan Keraduk serta Kuranding sebelum yang lalu atau hilang dengan gaib. Mereka memperjelas supaya danau itu digunakan saat musim peceklik saja, cukup untuk makan setiap hari dan bayar utang buat masyarakat yang terbelit utang, serta jangan dirusak.
“Masa dahulu petani bersawah cuma setahun sekali jadi saat peceklik danau ini jadi pilihan dengan cari ikan, ikannya banyak sampai saat ini,” lebih Datuk Budin.
Kefasihan Datuk Budin bercerita legenda serta pesan kearifan lokal itu sering mengundang rasa ingin tahu baik itu dari golongan petinggi sampai warga pemula. Seringkali Datuk Budin diundang oleh kepala wilayah atau petinggi tinggi yang lain untuk dengar cerita itu.
Sayangnya, pesan bijak itu tidak dicatat dengan rapi berbentuk catat, hingga kearifan lokal itu akan ikut juga pupus bersamaan menuanya Datuk Budin. “Ini hanya riwayat desa yang diwariskan dengan bertutur belum pernah dibukukan atau dicatat,” tuturnya.
Legenda itu nyatanya memberikan inspirasi masyarakat ditempat dengan membuat ketentuan tidak tercatat membuat perlindungan mata air contohnya masyarakat dilarang cari ikan memakai toksin, buang sampah di aliran sungai, serta menyentrum ikan.
Disamping itu, masyarakat tidak diperbolehkan buka perkebunan di daerah danau khususnya tempat yang masuk dalam lokasi Rimba Lindung Bukti Riki. “Jika ada yang melanggar akan dikenakan sangsi dari mulai peringatan sampai dipidana ke polisi,” celetuk Tusmin, Kepala Desa Tanjung Beringin.
Cerita Misteri Naga di Pulau Jawa Masyarakat ditempat tidak demikian memahami apakah itu kelestarian lingkungan hidup, pengendalian sumberdaya air, serta bahasa ilmiah yang lain untuk jaga air, buat mereka jaga Danau Kuranding supaya tidak rusak penting, sama seperti jaga riwayat, budaya serta kehidupan mereka serta generasi akan datang.
Sampai sekarang, Danau Kuranding adalah embung (tabungan) air sekaligus juga sumber mata air buat masyarakat itu masih terbangun serta lestari. Masyarakat akui tidak butuh ketentuan tercatat membuat perlindungan mata air itu sebab menurut mereka persetujuan itu sudah dimengerti oleh semua masyarakat.
0 komentar:
Posting Komentar