WHAT'S NEW?
Loading...

Terungkap! Misteri Gunung Lawu Angker, Apakah benar?



Terungkap! Misteri Gunung Lawu Angker, Apakah benar? - Misteri Gunung Lawu angker semakin diperkokoh oleh kedatangan Pasar Setan, satu pasar tidak kasat mata yang ada di jalan Candi Cetho, lereng Gunung Lawu.

Misteri Gunung Lawu angker sudah jadi mitos yang menemani tiap pendaki yang akan mendaki Gunung Lawu. Tetapi sampai sekarang masihlah belum ditemu muaranya kenapa dapat gunung ini populer angker serta penuh dengan kisah-kisah mistis.

Untuk lebih memahami kenapa banyak mitos yang menebarkan jika Gunung Lawu angker, silahkan kita telisik lewat semula legenda dari Gunung Lawu itu dulu.

Cerita bermula dari waktu berakhirnya kerajaan Majapahit, yaitu pada tahun 1400 M. Saat itu, orang yang menempati bangku kerajaan ialah Prabu Bhrawijaya V, beliau ialah raja paling akhir dari kerajaan Majapahit.

Singkat kata, waktu Raden Fatah masuk umur dewasa, nyatanya Raden Fatah memeluk agama Islam, dia membelot dari agama sang ayah yang beragama Budha. Bertepatan dengan meredupnya kerajaan Majapahit, Raden Fatah juga membangun kerajaan Demak yang berpusat di Glagah Wangi, saat ini lebih diketahui Alun-Alun Demak. Fakta yang membuat Prabu Bhrawijaya V merasakan gundah.

Dalam satu malam, Prabu Bhrawijaya V bersemedi, dalam semedinya, beliau memperoleh panduan yang menjelaskan jika kerajaan Majapahit akan meredup serta sinar berubah ke kerajaan anaknya, yaitu kerajaan Demak. Sekejap itu juga Prabu Bhrawijaya V tinggalkan kerajaan Majapahit, ke arah Gunung Lawu untuk menyendiri.

Sekejap sesudah tinggalkan kerajaannya, sebelum naik ke Gunung Lawu, Prabu Bhrawijaya V berjumpa dengan dua orang pengikutnya, kepala dusun dari daerah kerajaan Majapahit, semasing dari mereka ialah Dipa Menggala serta Wangsa Menggala.

Sebab mereka berdua tidak tega lihat Prabu Bhrawijaya V berjalan sendirian, mereka juga turut temani Prabu Bhrawijaya V naik ke pucuk Gunung Lawu.

Setelah tiba di pucuk Hargo Dalam, Prabu Bhrawijaya V mengatakan pada 2 penganut setianya. Usai ucapkan kalimat itu, Prabu Bhrawijaya V juga lenyap. Sampai sekarang, jasad beliau belum pernah diketemukan oleh siapa juga.

Misteri Gunung Lawu angker sering dihubungkan adanya Burung Jalak Gading yang diakui Jelmaan Kyai Jalak

Sesudah Prabu Bhrawijaya V lakukan moksa serta lenyap, tersisalah 2 penganut setianya, Sunan Gunung Lawu serta Kyai Jalak. Riwayat menceritakan, mereka berdua jalankan mandat Prabu Bhrawijaya V, mereka jaga gunung Lawu.

Dengan kesempurnaan pengetahuan yang mereka memiliki, Sunan Gunung Lawu menjelma jadi makhluk ghaib serta Kyai Lawu menjelma jadi seekor burung Jalak berwarna gading.

Cerita mengenai burung Jalak Gading ini masih bersambung sampai waktu saat ini, beberapa orang yakin jika burung Jalak Gading seringkali ada serta meberi panduan jalan ke arah pucuk Gunung Lawu pada beberapa pendaki yang mempunyai arah baik.

Sedang, jika pendaki mempunyai niatan jelek, Kyai Jalak tidak memberikan restu mereka, mengakibatkan, beberapa pendaki yang mempunyai niatan jelek akan terserang nasib celaka.

Mitos kedatangan Pasar Setan di lereng Gunung Lawu
gunung lawu angker
Cerita misteri Gunung Lawu angker paling marak terdengar di jalan cetho (Photo/Terkejut)

Misteri Gunung Lawu angker semakin diperkokoh oleh terdapatnya kedatangan Pasar Setan. Berita ini tidak asing di telinga beberapa pendaki, satu pasar yang tidak kelihatan dengan kasat mata ini ada di jalan Candi Cetho, lereng Gunung Lawu, satu tempat yang ditumbuhi ilalang.

Bicara mengenai jalan Candi Cetho, sebenarnya, jalan ini ialah jalan yang paling pendek serta cepat ke arah pucuk Lawu, sebab perjalanan diawali pada 1.470 mdpl. Namun, jalan pendek ini sekaligus juga jadi jalan yang paling beresiko.

Karena, tanjakan-tanjakan di jalan ini benar-benar curam, jurang terjal menganga di tepian trek, kabut tebal seringkali turun membuat jarak pandang jadi demikian pendek serta jadi besar risiko tersesat, dan keyakinan yang menjelaskan jika jalan ini ialah perlintasan alam ghaib serta kedatangan pasar setan.

Oleh karena itu, kenapa jalan ini beresiko serta tidak demikian favorite. Beberapa pendaki lebih suka pilih dua jalan yang lain, yakni jalan Cemoro Kandang serta jalan Cemoro Sewu.

Beberapa pendaki akui pernah dengar suara berisik, seolah ada di pasar, waktu melalui satu tempat tanah yang ada di lereng Gunung Lawu. Terdengar juga suara yang sedang tawarkan dagangannya, ingin beli apa?.

Konon, jika disana Anda dengar beberapa suara aneh itu, karena itu Anda harus buang salah satunya barang yang Anda memiliki, seperti orang yang sedang bertransaksi dengan barter.

Bagaimana menanggapi Gunung Lawu yang populer angker?

Tidak hanya cerita di atas, masih banyak bermacam mitos yang tersebar di warga jika Gunung Lawu ini memang populer angker serta mempunyai beberapa misteri yang menemani.

Mitos lain mengatakan jika jangan mendaki dengan pakaian berwarna hijau. Ada juga yang mengatakan jika jangan bawa rombongan yang sejumlah ganjil. Cerita lain mengatakan jika mandi air bermanfaat di Gunung Lawu benar-benar berguna.

Lepas dari semua misteri serta kekayaan mitos yang dipunyai Gunung Lawu, sebaiknya kita jadi pendaki tetap siaga.

Siaga di sini dapat bermakna untuk terus tetap jaga sikap sepanjang naik gunung. Beberapa hal simpel seperti tidak mengatakan kasar, tidak melakukan perbuatan pantas, dan tidak buang sampah asal-asalan bisa saja laris baik yang perlu beberapa pendaki aplikasikan.

Apalagi sebenarnya, tidakkah tingkah laku paling baik itu memang harusnya sudah mengada dalam laris setiap hari kita jadi manusia

0 komentar:

Posting Komentar