WHAT'S NEW?
Loading...

6 Tempat Paling Angker di Kota Malang yang Menarik jadi Tujuan Wisata Misteri



6 Tempat Paling Angker di Kota Malang yang Menarik jadi Tujuan Wisata Misteri - Beberapa tempat angker mempunyai kekhasan tertentu. Tidak hanya ditakuti serta dijauhi, keangkeran satu tempat nyatanya bisa mempunyai potensi jadi tujuan wisata misteri.

Nah kesempatan ini, penulis ingin membahas beberapa tempat yang bisa jadikan rujukan vakansi misteri serta tentu saja mudah sekali langkah mengunjunginya, jika memang bernyali lebih sich ahaha. cekidot !

1. Stasiun Kota Lama 


Stasiun yang sudah berdiri semenjak tahun 1879 ini dari dahulu sampai saat ini masih menjaga bentuk arsitekturnya, dari mulai atap, tiang penyangga, peron sampai bentuk jendela dari stasiun ini tidak ada yang beralih benar-benar.

Cerita angker di stasiun ini berawal semenjak tahun 1981. Waktu itu berlangsung tragedi kecelakaan hebat dimana kereta api yang baru pergi dari Stasiun Kota Lama menabrak satu bis. Seputar 50 orang dipastikan meninggal dalam tragedi ini. Munculnya figur astral tanpa ada anggota tubuh yang komplet seringkali berlangsung di seputar toilet stasiun ini, sebab dalam tempat itu semua korban disatukan waktu proses eksodus.

2. Jl. Peltu Sudjono 


Jalan yang rimbun akan pohon-pohon besar ini ada di Kelurahan Ciptomulyo, Kecamatan Sukun, atau seputar 10 menit mengarah barat Stasiun Kota Lama. Menurut kera-kera Ngalam dan pengalaman pribadi penulis, waktu melewati jalan ini saat malam hari, aroma yang benar-benar wangi diselingi suara tawa ciri khas dari mbak kunti seringkali terdengar dari atas pohon-pohon selama jalan ini. Maka, sesudah matahari terbenam tidak ada orang yang berani melewati jalan ini.

Sahabat vakanser ketertarikan coba ?

3. Hotel Tanpa ada Nama di Lembah Dieng 


Hotel tanpa ada nama? yah memang hotel ini belum dinamakan oleh pemiliknya. Pas pada tahun 1980-an seorang pelaku bisnis lokal berkemauan membuat satu hotel yang istimewa di ruang Lembah Dieng persisnya di belakang Kampus Merdeka Malang. Namun, tanpa ada diketahui karena yang pasti proses pembangunan hotel itu mendadak di stop.

Lacak memiliki lacak, tempat dibuatnya hotel ini diketahui adalah tempat pembantaian masyarakat yang dicap jadi PKI pada tahun 1960-an. Oleh karenanya seringkali terdengar rintihan wanita minta tolong, pekikan lelaki menampik untuk dibunuh serta tangisan dari beberapa anak yang melihat orangtua mereka dibantai.

4. Pabrik Keramik Dinoyo 


Pabrik Keramik yang sudah berdiri semenjak tahun 1957 ini pernah sampai masa keemasan pada tahun 1990-an, sayangnya pabrik ini harus gulung tikar pada tahun 2003. Mulai sejak itu, pabrik ini tidak terurus serta simpan banyak misteri dari mulai suara mesin yang terdengar bekerja sendiri, suara gurau tawa dari pekerja tidak kasat mata, serta yang paling menyeramkan ialah figur penunggu pohon beringin yang ada pas di muka Pabrik Keramik Dinoyo

Oh yah, hampir lupa ada satu patung Kendedes yang ada di halaman samping pabrik, bila sahabat vakanser benar-benar berani, penulis melawan sahabat vakanser untuk pastikan apa patung itu betul-betul diam atau mungkin tidak. Berani?

5. Makam Penanggungan 


Selintas tidak ada yang aneh dari tempat pemakaman ini sebab memang pemakaman ini ada di tepi Jalan Mayjend Panjaitan yang tetap ramai. Namun jika sahabat berusaha untuk masuk ruang pemakaman yang susunan tanahnya cukup terjal ini, sahabat vakanser akan merasakan masuk daerah yang benar-benar asing serta benar-benar hening. Walau sebenarnya, suara kendaraan di Jalan Mayjend Panjaitan atau Jalan Soekarno-Hatta sebaiknya bisa terdengar dengan keras.

6. Jembatan Sulfat 


Satu jembatan yang menyambungkan daerah Purwantoro serta Sawojajar ini dibuat seputar tahun 2000-an. Walau termasuk masih baru, di jembatan ini tidak hanya seringkali berlangsung kecelakaan jika sahabat berkendara sendirian baik naik sepeda motor atau mobil tentu sahabat merasai ada yang temani perjalanan kalian dari pertama sampai ujung jembatan ini.

Bila kita telisik asal-usulnya, jembatan ini dibuat di atas tanah kuburan masyarakat Purwantoro.

0 komentar:

Posting Komentar